FKJM adalah salah satu komunitas fotografi di Yogyakarta selalu berusaha menjadi komunitas bermanfaat serta dan menjadikan seni fotografi dan aktifitasnya sebagai media untuk menyampaikan pesan bagi siapa saja. Untuk Informasi & Kerjasama : Tlp/SMS/WA : 0823 2427 2785 II EMAIL : jogjamemotret@gmail.com II PIN BBm : D0830529 II Upload karya fotografi kamu di akun instagram dengan #instafkjm

Monday, September 19, 2016

FKJM nonton Penthulan

Senin, 19 September 2016, Forum Komunikasi Jogja Memotret (FKJM) menghadiri undangan dari Pak Daiman (Ketua seni tari Penthulan, Jangkrikan Wonosobo) dimana kesenian tari penthul (kesenian khas masyarakat Wonosobo) akan mengadakan pertunjukan di hajatan kampungnya. Beberapa kawan FKJM yang dapat hadir memenuhi undangan seperti Udin, Alvin, Arif, Mirza, Didik, Wildan, Jaya dan Rahmat berangkat dari Jogja menuju sebuah kampung kecil bernama Jangkrikan di pinggiran kota Wonosobo. Perjalanan kami tempuh kurang lebih 3 jam perjalanan menggunakan kendaraan roda empat.

Tawa dan canda kawan-kawan FKJM mengiringi perjalanan kita menuju Jangkrikan, bertugas sebagai sopir kami percayakan kepada Alvin yang telah lolos sertifikasi sebagai nahkoda dalam kehidupannya cie..cie. Kami bertolak dari Jogja pukul 08.00 WIB dan diawali dngan sarapan pagi di Soto pak Mustofa Jombor. Kurang lebih 80 km perjalanan kami tempuh untuk sampai di tempat pertunjukan. Niat sudah bulat, doa sudah terucap dari kami tetapi alamat belum kami dapatkan secara detail, akhirnya kami bersepakat membaca doa bersama untuk mendapatkan petunjuk menuju kampung Jangkrikan. Taraaaaaaaaaaaaaa... kami akhirnya mendapatkan hidayah berupa ide untuk membuka aplikasi Google Maps, dan betul sekali  kami ditunjukkan jalan menuju lokasi. Kami berpikir betapa Maha hebat Nya Tuhan Yang Maha Esa memberikan petunjuk bagi umat Nya.

Pada akhirnya kami melewati sebuah jalan kecil yang kiri kanan kulihat saja banyak pohon cemara (kaya di lagu itu lho) sejuk romantis dan menyegarkan udara pagi itu. Kami terhenti sejenak dan melakukan wawancara kepada warga di jalan (biar keren, aslinya nanya jalan menuju lokasi), kami ditunjukkan arah menuju rumah kediaman bapak Daiman. 

Dengan penuh semangat mas Alvin selaku sopir haha, dengan niat tulus dan penuh semangat berhasil menginjak rem agar berhenti tepat didepan rumah pak Daiman. Sambutan akhirnya kita dapatkan dan kita diajak berjalan beberapa meter dari parkir kami menuju rumah beliau. Hidangan demi hidangan beliau sajikan kepada kami, dari roti Khong Guan rasa rengginang, sampai soda Fanta air putih pun tersaji didepan mata kami. 

Oiya lupa, kami sampai di lokasi pukul 10.00 WIB dan kami harus menunggu pertunjukan tarian tersebut pukul 14.30 WIB. Waktu yang panjang untuk menunggu sebuah pertunjukan. Cerita-cerita lucu mulai keluar dari kami dan pak Daiman untuk mencairkan suasana. Tik tok..tik...tok... Hujan mulai turun dan airnya bergelombang haha. Secara berjamaah kami berkata Haduhhhhhh, ujan deh, hujan saat itu cukup deras. Air dari langit tidak sempat menyurtkan niat kami untuk melihat pertunjukan dan hunting foto. 

Jam menunjukkan pukul 15.30 alunan musik mulai dibunyikan sebagai tanda pertunjukan akan segera dimulai. Kami bergegeas menyiapkan kamera untuk memotret pertunjukan. Ada satu hal yang membuat kami sangat terkesan keramahtamahan masyarakat Jangkrikan yang sangat menghargai dan menghormati tamu luar kampungnya. Bagaimana tidak, kami membeli ampol saja disebuah warung, kami dipaksa untuk duduk dan bertamu, untungnya kami punya alasan jitu untuk idak bertamu karena acara akan segera dimulai.

Jepret jepret jepret, dan kami mulai berpencar untuk memotret dengan sudut kami masing-masing. Satu orang mulai kerasukan bidikan lensa tidak lepas dari moment itu, suasana menjadi cukup crowded ketika banyak dari para penari yang mulai kesurupan. Musik terus mengalun khas penthulan sembari para pawang mengobati penari yang kesurupan.

Waktu terus berjalan dan gambar demi gambar kita dapatkan. Pukul 23.00 WIB tulang kami sudah berbunyi dan saatnya kita harus kembali pulang menuju Jogja. Berpamitan dan ucapak terima kasih telah diundang dan diperbolehkan memotret pertunjukn kami sampaikan kepada beliau yang punya hajat dan pak Daiman selaku ketua kesenian Penthulan. 

Salam perpisahan tidak berlaku bagi kami ketika menginjakkan kaki disuatu tempat, kepulangan kami adalah langkah awal kami kembali untuk disini dan ditempat ini.

Salam Hormat kami kepada Masyarakat Jangkrikan, Kecamatan Kepil, Kabupaten Wonosobo.